Ketujuh pengikut raja tersebut diyakini warga sebagai cikal bakal berdirinya nama desa Pituruh. Adapun ke-Tujuh (Pitu) Roh leluhur tersebut terpencar di Tujuh Pedukuhan yang ada di desa Pituruh layaknya tujuh penjuru mata angin. Oleh masyarakat Pituruh leluhurnya yang berjumlah tujuh tersebut hingga kini ditempatkan sebagai sumber kekuatan spiritual. Ketujuh tokoh cikal bakal tersebut dalam sejarahnya memiliki karakteristik kelebihan masing-masing yang saling melengkapi. Bukti sejarah serta prasasti dari tujuh tokoh tersebut sampai sekarang terdapat makam dan petilasannya. Beliau masing-masing adalah :
- Mbah Banyu
- Mbah Dewi Sri
- Mbah Siluman
- Mbah Pengrawit dan Mbah Jenggot
- Mbah Kuwat
- Mbah Mentosoro
- Mbah Mabean
(Makam dan petilasannya ada di Duku Blending). Beliau diyakini piawai dalam kaitannya dengan dunia jagad air (yang berkaitan dengan masalah air, Mbah Banyu-lah yang dianggap penguasanya).
(Makam dan petilasannya ada di Dukuh Gamblok). Beliau diyakini sebagai Dewi Rejeki, orang Jawa dari kalangan petani menyebutnya sebagai Dewi Padi.
(Makam dan petilasannya ada di Dukuh Sutogaten). Beliau diyakini dikenal sebagai salah satu tokoh leluhur di desa Pituruh yang memiliki kekuatan spiritual dapat menghilang serta sangat sakti.
(Makam di Dukuh Kulon). Beliau berdua diyakini sebagai leluhur yang sangat piawai memainkan alat musik, serta piawai dalam dunia seni dalam kancah yang plural beliau inilah seorang seniman atau budayawan.
(Makam di Dukuh Bantengan). Secara Eptimologis beliau diyakini memiliki aspirasi kekuatan fisik yang sangat sempurna dan disegani. Kekuatan yang sempurna itu, dianalogikan kuat seperti banteng. Beliau pada eranya, karena keperkasaannya, diyakini diposisikan sebagai jogoboyo.
(Makam di Dukuh Wetan atau Mentosaran). (dari Filologi dan Eptimologi berasal dari kata Meto Soro). Beliau ini adalah figur tokoh yang kaya pengetahuan, luas penguasaan ilmu pengetahuannya, sehingga beliau inilah sebagai sumber nasihat bagi orang-orang yang sedang dirundung masalah (sengsoro).
(Makam dan petilasannya ada di Dukuh Wetan atau Mabean). Beliau diyakini sebagai tokoh ibu, karaker seorang ibu adalah simbol dari seorang pengasuh yang bijak, penuh kasih sayang dan berbudi lembut. Ia juga seorang figur yang pamomong yang berbudi bijak. Dialah figur ibu dari seluruh anak turunan warga Pituruh.
Dari karakteristik tujuh (Pitu) Roh yang saling melengkapi itulah sangat diyakini oleh warga Pituruh, bahwa leluhurnya disamping sebagai jalmo linuwih selalu ditempatkan menjadi simbol Pengayom, Pelindung dan sekaligus sebagai Sang Pamomong Sejati.
Dengan tujuh (Pitu) roh yang memiliki karakter dan kelebihan sendiri-sendiri serta tidak saling bertentangan namun justru menyatu itulah menjadikan kini dikenal sebagai desa Pituruh (Pituroh). Pada perkembangannya desa Pituruh memiliki kekuatan spiritual bagi 49 desa yang ada di sekitarnya yang pada perkembangannya telah menjadi ibukota Temenggung-an di era Pemerintahan Bupati Tjokro Negoro I, dengan Tumenggung Djoyo Berbongso, dan kini telah menjadi Ibu Kota Kecamatan. Pada era (jaman kejayaan) tujuh leluhur tersebut, desa Pituruh selalu menjadi panutan dan memiliki daya pengaruh bagi desa-desa di sekitarnya.
Sumber : Balai Desa
Dengan tujuh (Pitu) roh yang memiliki karakter dan kelebihan sendiri-sendiri serta tidak saling bertentangan namun justru menyatu itulah menjadikan kini dikenal sebagai desa Pituruh (Pituroh). Pada perkembangannya desa Pituruh memiliki kekuatan spiritual bagi 49 desa yang ada di sekitarnya yang pada perkembangannya telah menjadi ibukota Temenggung-an di era Pemerintahan Bupati Tjokro Negoro I, dengan Tumenggung Djoyo Berbongso, dan kini telah menjadi Ibu Kota Kecamatan. Pada era (jaman kejayaan) tujuh leluhur tersebut, desa Pituruh selalu menjadi panutan dan memiliki daya pengaruh bagi desa-desa di sekitarnya.
Sumber : Balai Desa
2 komentar
sedikit percaya n sedikit gk tahu ceritanya , ,,
lo udah bca artikel ne, jd udh tau y om,...