20 March 2013

Prosesor Ivy Bridge

ads

Mengikuti perkembangan zaman, Intel kini mengubah paradigma prosesornya. Bahkan mereka rela “melanggar” strategitick-tock yang mereka gunakan selama ini.
Dalam buku Re-Code DNA, Rheinald Kasali menulis kunci untuk tetap unggul dalam kompetisi adalah sikap adaptif. Karena hanya dengan sikap tersebut, kita bisa luwes menghadapi setiap perubahan yang berlangsung begitu cepat dan terkadang harus meninggalkan kebenaran paradigma lama yang kita yakini.  
Entah apakah eksekutif Intel pernah membaca buku tersebut, namun yang pasti Intel menunjukkan keluwesannya untuk menghadapi perubahan. Pada lima belas tahun lalu, Intel menyakini prosesor terbaik adalah prosesor yang tercepat. Demi keyakinan itu, mereka pun membuat prosesor berfrekuensi tinggi tanpa menghiraukan faktor lain.  
Namun kemudian, situasi berubah. Gaya hidup mobile membutuhkan notebook, dan notebook lebih mengedepankan prosesor irit daya dibanding prosesor super cepat. Kecenderungan itu makin terlihat ketika komputer tablet hadir, yang membuat prosesor superirit daya ARM lebih dipilih dibanding prosesor Intel.  
Perubahan juga terjadi di sisi kebutuhan grafis. Dulu Intel bisa menjual prosesor dengan GPUonboard seadanya. Toh, gamer atau konsumen yang membutuhkan grafik tinggi bisa membeli GPU tambahan—dan itu pun tidak banyak. Namun dengan kehadiran video Full-HD dan aplikasi yang memanfaatkan GPU, konsumen biasa pun ternyata membutuhkan GPU yang lebih mumpuni.  
Dengan kenyataan itu, Intel pun berubah. Mereka memang tetap meningkatkan kecepatan prosesornya, namun faktor efisiensi daya dan GPU onboard kini juga menjadi pusat perhatian. Perubahan paradigma itu semakin terlihat jika melihat generasi terbaru prosesor Intel, Ivy Bridge.


Inilah perbandingan ukuran 3 generasi prosesor Intel  
(dari kiri ke kanan): Nehalem Clarkdale, Sandy Bridge, Ivy Bridge, dan Sandy Bridge E.


Tidak Seperti Biasa
Untuk sedikit menyegarkan pikiran Anda, sebelum ini prosesor Intel menggunakan arsitektur Sandy Bridge. Prosesor ini dibuat menggunakan fabrikasi 32 nm, dan merupakan prosesor Intel pertama yang terintegrasi. Maksudnya, di dalam prosesor tersebut hanya terdapat satu kepingan silikon yang mengandung semua komponen pembentuk prosesor, termasuk core,memory controller, sampai chip grafis.  
Peralihan dari Sandy Bridge ke Ivy Bridge ini sebenarnya adalah fase tick dari strategi tick-tock yang digunakan Intel. Tick adalah ketika Intel beralih ke fabrikasi prosesor yang lebih kecil tanpa melakukan perubahan berarti di sisi arsitektur. Sebaliknya tock adalah ketika Intel melakukan perubahan besar dari sisi arsitektur menggunakan fabrikasi yang sama.
Sesuai jadwal tick, Intel kini menggunakan fabrikasi lebih kecil (22 nm) untuk membuat Ivy Bridge. Yang istimewa adalah Ivy Bridge merupakan arsitektur pertama yang menggunakan tri-gate transistor. Anda akan mendapat penjelasan lebih detail soal ini di Cover Story kami. Namun intinya tri-gate transistor adalah teknik baru untuk mengalirkan listrik di dalam transistor. Kelebihannya adalah arus listrik bisa mengalir lebih cepat (yang berarti frekuensi lebih tinggi) namun juga meminimalisir kebocoran daya (yang berarti prosesor lebih hemat listrik).  
Namun seperti kami sebut di atas, Ivy Bridge tidak cuma pengecilan fabrikasi. Intel juga melakukan sejumlah perombakan di sisi arsitektur, sehingga tidak heran jika Intel sendiri menyebut fase Ivy Bridge ini sebagai fase Tick+.  
Perubahan paling signifikan dilakukan Intel di sisi GPU onboard. Jika GPU di Sandy Bridge memiliki 12 execution unit, di Ivy Bridge akan terdapat 16 buah. GPU Ivy Bridge juga telah telah mendukung DirectX 11 dan mendapat penambahan hardware tessellation (komponen untuk mengolah detail gambar) dan Intel Quick Sync Video (untuk decoding dan encoding video). Dengan semua perubahan tersebut, Intel menjamin terjadi peningkatan kemampuan grafis dua kali lipat.
Namun perlu dicatat kalau ada dua GPU onboard yang akan digunakan prosesor Ivy Bridge. Versi pertama dinamakan Intel HD4000 yang akan digunakan di prosesor menengah ke atas dan Intel HD2500 yang digunakan di prosesor menengah ke bawah. Keduanya memiliki featureyang sama, namun dibedakan dari sisi kecepatan GPU dan jumlah execution unit.

Ivy di Desktop
Intel langsung menggunakan Ivy Bridge ini di tiga platform mereka, yaitu desktopmobile, dan server. Khusus untuk desktop, akan ada 5 prosesor standar yang memiliki TDP (Thermal Design Power, alias daya yang dibutuhkan untuk mendinginkan prosesor) 77 Watt. Selain itu, ada tiga prosesor dengan TDP 65 Watt yang ditandai dengan akhiran T, dan satu prosesor dengan TDP 45 Watt S. Ada pula prosesor yang memiliki inisial K yang berarti multiplier-nya tidak dikunci (simak tabel Ivy Bridge di Desktop untuk spesifikasi lengkapnya).  
Untuk mendapatkan gambaran kinerja Ivy Bridge, kami menguji Intel i7-3770K (4 inti, 3,5 GHz) yang merupakan prosesor desktop Ivy Bridge terbaik yang tersedia saat ini. Agar terlihat sejauh mana peningkatan yang terjadi, kami membandingkannya dengan Core i72600K (4 inti, 3,4 GHz) yang merupakan prosesor Sandy Bridge tercepat.  
Ivy Bridge di Desktop

Kecepatan
Inti/Thread
L3 Cache
Max. Turbo
Intel HD
i7-3770K
3,5GHz
4/8
8MB
3,9GHz
4000
i7-3770
3,4GHz
4/8
8MB
3,9GHz
4000
i7-3770T
3,1GHz
4/8
8MB
3,9GHz
4000
i7-3770S
3,1GHz
4/8
8MB
3,9GHz
4000
i5-3570K
3,4GHz
4/4
6MB
3.8GHz
4000
i5-3550
3,3GHz
4/4
6MB
3.7GHz
2500
i5-3450
3.1GHz
4/4
6MB
3.5GHz
2500
i5-3550S
3GHz
4/4
6MB
3,7GHz
2500
i5-3450S
2,8GHz
4/4
6MB
3,5GHz
2500
Hasilnya? Cukup mengesankan. Performa di sisi produktivitas terlihat meningkat 7-10%. Untuk sebuah prosesor generasi tick, hasil ini terbilang memuaskan. Namun yang lebih mengesankan adalah peningkatan di  sisi grafis. Memang tidak sampai dua kali lipat, namun kami melihat peningkatan sampai 81%. Beberapa game seperti Stalker dan Dirt juga bisa dimainkan dengan nyaman di resolusi 1280x1024. Dan jika diukur konsumsi dayanya, peningkatan kinerja itu diapat dengan penurunan daya sekitar 10%.  
Pendek kata, perjudian Intel dengan mengubah tick menjadi tick+ memang terbayar.

Produktivitas Dengan selisih berkisar antara 7-10%, Core i7-3770K memiliki peningkatan kinerja yang signifikan jika dibanding Core i7-2600K. Mengingat perbedaan kecepatan hanya 100 MHz, peningkatan kinerja itu menunjukkan perbaikan di sisi arsitektur. Lumayan untuk prosesor generasi tick.

Core i7-3770K
Core i7-2600K
Selisih (%)
Sysmark 2012
210
195
7,6%
PCMark 7 Pro Edition
3651
3418
6,8%
Cinebench R11.5
7,54 points
6,88 points
9,5%
Encoding Video
542 detik
607 detik
10,7%
Encoding Audio
67 detik
72 detik
6,9%

Gaming 
Karena perubahan terbesar dilakukan di sisi grafis, kami pun penasaran bagaimana performa Intel HD4000 dibanding Intel HD3000. Kami pun mengujinya menggunakan beberapa game laris. Hasilnya? Memuaskan. Jika dibandingkan Intel Core i7-2600K yang menggunakan Intel HD3000, kita akan mendapatkan peningkatan sampai 81%.
Yang lebih menyenangkan, nilai fps untuk beberapa game seperti Stalker dan Dirt juga sudah di atas 20 fps, yang berarti membuat aneka game tersebut nyaman digunakan (playable). Padahal kami menggunakan resolusi cukup tinggi, yaitu 1280x1024. Namun untuk game World in Conflict, Anda sepertinya memang harus menurunkan resolusi tersebut.

Core i7-3770K
Core i7-2600K
Selisih (%)
3Dmark Vantage
P4003
P2209
81%
Stalker (DirectX 10)
24,47 fps
15,5 fps
57%
Dirt Demo (DirectX 9)
29,1 fps
21,83 fps
33%
World in Conflict (DirectX 10)
12 fps
11 fps
9%

Konsumsi Daya Penggunaan teknologi 3D Tri-gate untuk transistor Ivy Bridge terlihat efeknya di sini. Dalam kondisi idle maupun beban penuh, kita akan melihat penurunan konsumsi daya sebesar 10%.

Core i7-3770K
Core i7-2600K
Selisih (%)
Idle
72 Watt
80 Watt
10%
Prosesor 100%
133 Watt
149 Watt
10,7%


Foto: Alphons Mardjono, anandtech.com

Prosesor Ivy Bridge Rating: 4.5 Diposkan Oleh: kreasi

 

Top